A. Model-model pengembangan kurikulum
Menurut good (1972) dan travers (1973), model adalah
abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem dalam
bentuk naratif, matematis,grafis serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah
realitas akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari
keadaan. Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah komunikasi, atau
sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan atau
sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan .
Pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur
dalam rangka mendesain ( designing), menerapkan (implementation),
dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. dalam pengembangan
kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki
kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu
sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatan.
1. Model
Ralph Tyler
Dalam tahapannya tyler menggunakan 4 tahap yang harus
dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi:
1. Menentukan tujuan pendidikan
2. Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan
3. Menentukan organisasi kurikulum
4. Menentukan evaluasi pembelajaran.
Dalam prosesnya pengembangan kurikulum secara makro dengan
model ini harus melibatkan berbagai pihak seperti perguruan tinggi dan
masyarakat yang terdiri dari para ahli ; bidang studi, kurikulum, pendidikan,
psikologi dan perkembangan anak dan bidang lainnya yang terkait.
Terdapat tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai
sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurt tyler yaitu: 1. Kebutuhan
peserta didik sebagai individu 2. Masyarakat 3. Berpusat pada bahan pelajaran (
subject matter ). Ketiga aspek tersebut harus dipertimbangkan guna rujukan
dalam penentuan tujuan pendidikan umum , sedangakan landasan yang dijadikan
dasar dalam penentuan tujuan khusus adalah filosofi pendidikan dan psikologi
belajar. Ada lima faktor yang dijadikan arah dalam penentuan tujaun pendidikan
diantaranya : pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi,
pengembangan sikap masyarakat, pengembangan minat peserta didik, dan
pengembangan sikap sosial.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan
proses pembelajaran adalah presepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik.
Artinya pengalaman yang sudah dimilki siswa harus menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran terjadi
interaksi antara peserta didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang
tujuannya untuk membentuk sikap , pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi
prilaku yang utuh. Penentuan kegiatan belajar dikembangkan berdasarkan pada
tujuan yang lebih umum kekhusus berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam menentukan materi atau bahan mengarah pada target yang
akan dicapai dalam kurikulum serta berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah
dimiliki oleh peserta didik. Bahan yang dipelajari peserta didik diorganisasi
pada unit-unit yang dapat menggambarkan suatu urutan penglaman serta dapat
mempermudah dalam implementasi dan memberikan gambaran terhadap evaluasi
pembelajaran.
Kegiatan evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan akhir
dalam model tyler. Penilaian harus direncanakan, dilaksanakan, dan
ditindaklanjuti oleh guru berdasarkan asas-asas penilaian yang berlaku, secara
sistem penilaian ini harus berfungsi sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan
pengumpulan informasi tentang peserta didik.
2. Model
Administratif
Pengembangan kurikulum model ini sering disebut dengan
istilah dari atas ke bawah ( Top Down ) atau lini staf (line- Staff procedure)
artinya pengembangan kurikulum ini dimulai dengan langkah pertama dari
para pejabat tingakat atas membuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan
pengembangan kurikulum, tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam
pengembangan kurikulum.
Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi
untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapaanggota yang terdiri
dari beberapa ahli, yaitu ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh
masyarakat, tim pelaksana pendidikan dan pihak dunia kerja. Tugas pokok tim ini
adalah merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum,
memilih dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih starategi
pengajaran, dan alat atau petunjuk evaluasi, serta menyusun peoman-pedoman
pelaksanaan kurikulum bagi guru.
Langkah ketiga apabila kurikulum telah selsai disusun selanjutnya hasilnya
diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau
revisi. Bila dianggap perlu kurikulum itu di uji cobakan dan dievalusi
kelayakannya, oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para administrator.
Langkah keempat para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap
sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun itu.
3. Model
grass roots
Pengembangan model ini berbeda dengan model administratif
karena model grass roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai
dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembanagn kurikulum ini harus diawali dari
gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Bahkan pihak
profesional, orang tua, siswa, dan unsur masyarakat dapat terlibat dalam
pengembangan kurikulum model ini. Model Grass roots lebih bersifat
demokratis karena pengembangan dilakukan berdasarkan pada para pelaksana
dilapangan.
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum model grass roots yaitu :
1. Guru harus memiliki kemampuanyang
profesional,
2. Guru harus terlibat penuh dalam
perbaikan kurikulum,
3. Guru harus tetrlibat langsung dalam
perumusan tujuan , pemilihan bahan,dan penentuan evaluasi,
4. Seringnya pertemuan kelompok dalam
pembahasan kurikulumakan berdampak terhadap pemahaman guru dan akan menghasilkan
konsensus tujuan, prinsip maupun rencana.
Ada beberapa hal yang harus diantisipasidalam model ini
diantaranya adalah akan bervariasi sistem kurikulum disekolah karena menerapkan
partisipatif sekolah dan masyarakat secara demokratis, apabila tidak terkontrol
(tidak ada kendali mutu ) cenderung kebanyakan mengabaikan kebijakan dari
pusat.
4. Model
Demonstrasi
Menurut smith , stanley, dan shores ada dua bentuk model
pengembangan ini yaitu pertama sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa
sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau
eksperimen suatu kurikulum. kedua dari beberapa orang guru yang merasa
kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada , kemudian guru-guru tersebut
mengadakan eksperimen, uji coba dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini
diantaranya adalah
1. Kurikulum ini akan lebih nyata dan
praktis karena dihasilkan melalu proses yang telah diuji dan diteliti secara
ilmiah,
2. Perubahan kurikulum dalam skala
kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh
pihak administrator,
3. Hakekat model demonstrasi berskala
kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan dilapangan,
4. Model ini akan menggerakan inisiatif,
kreativitas gur-guru serta memeberdayakan sumber-sumber administrasi untuk
memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan programnya yang baru.
5. Model
Miller-Seller
Model pengembangan kurikulum miller-seller merupakan
pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (gagne) dan model
transaksi (taba’s & robinson) yang terdiri dari beberapa komponen.
- Klarifikasi orientasi kurikulum, orientasi ini merefleksikan pandanagan filosofis, psikologis, dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan.
- Pengembangan tujuan, terdapat tujaun umum dan tujuan khusus, tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan pandangan orang (image person) dan pandangan (image) kemasyarakatan, dan perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
- Identifikasi model belajar, identifikasi model mengajar (strategi mengajar) harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. ada beberapa kritesria yang harus diperhatikan yaitu:
a.
Disesuaikan
berdasarkan seluruh tujuan umum maupun tujuan khusus,
b.
Strukturnya
harus sesuai dengan kebutuhan siswa
c.
Guru
yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih
dan mendukung model,
d.
Tersedia
sumber-sumber yang essensial dalam pengembangan model.
- Implementasi, implementasi sebaiknay harus dilaksanakan berdasarkan komponen-komponen program studi, identifikasi sumber, peranan,pengembanagn profesional, penetepan waktu, komunikasi dan sistem monitoring
6.
Model Taba’s
Teori
taba memercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan
kurikulum. pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru
sebagai inovator dalam pengembangan kurkulum merupakan karakteristik dalam
model pengembangan Taba’s. Langakah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan unti-unit eksperimen
bersama dengan guru-guru,
2. Menguji unit eksperimen,
3. Mengedakan revisi dan konsolidasi,
4. Pengembangan keseluruhan kerangka
kurikulum,
5. Implementasi
B. Organisasi kurikulum
Organisasi
kurikulum merupakan pola atau desain bahkan kurikulumyang tujuannya untuk
mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta memepermudah siswa
dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
organisasi kurikulum diantaranya berkaitan dengan; ruang lingkup (scope),
urutan bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan, dan keterpaduan (integrated).
Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran lingkup materi pelajrannya
cenderung menyajikan bahan pelajaran yang bersumber dari kebudayaan dan
informasi atau pengetahuan hasil temuan masa lalu yang telah tersusun secara
logis dan sistematis sedangakan organisasi kurikulum integritas lingkup materi
pelajrannya di ambil dari masyarakat maupun dari aspek siswa (minat, bakat, dan
kebutuhan ).
Ada
dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam keseimbangan pada organisasi
kurikulum;
1. Keseimbangan terhadap substansi
bahan atau isi kurikulum;
2. Keseimbangan yang berkaitan dengan
cara atau proses belajar, secara umum ada dua bentuk organisasi kurikulum
diantaranya ;
- Kurikulum berdasarkan mata pelajaran ( subject Curriculum )
- Mata pelajaran terpisah
- Mata pelajaran gabungan
- Kurikulum terpadu ( integrated curriculum)
- Social funcionts and persistence situations
Social
function merupakan bagian dari kurikulum terpadu, kurikulum ini didasarkan atas
analisis kegiatan-kegiatan manusia dalam masyarakat
- Experience atau activity curriculum
Experience
curriculum sering disebut juga dengan activity curriculum, kurikulum ini
cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam
rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun dengan
potensi siswa
0 komentar:
Posting Komentar