Tiada keindahan yg paling indah selain bisa berbagi, walau hanya lewat sebait kata & pesan

Jumat, 30 Mei 2014

MODEL DAN ORGANISASI PENGEMBANGAN KURIKULUM



A.    Model-model pengembangan kurikulum

Menurut good (1972) dan travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem dalam bentuk naratif, matematis,grafis serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah komunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan .
 
Pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain ( designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatan.
1.    Model Ralph Tyler
Dalam tahapannya tyler menggunakan 4 tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi:
1. Menentukan tujuan pendidikan  
2. Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan
3. Menentukan organisasi kurikulum
4. Menentukan evaluasi pembelajaran.
Dalam prosesnya pengembangan kurikulum secara makro dengan model ini harus melibatkan berbagai pihak seperti perguruan tinggi dan masyarakat yang terdiri dari para ahli ; bidang studi, kurikulum, pendidikan, psikologi dan perkembangan anak dan bidang lainnya yang terkait.
Terdapat tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurt tyler yaitu: 1. Kebutuhan peserta didik sebagai individu 2. Masyarakat 3. Berpusat pada bahan pelajaran ( subject matter ). Ketiga aspek tersebut harus dipertimbangkan guna rujukan dalam penentuan tujuan pendidikan umum , sedangakan landasan yang dijadikan dasar dalam penentuan tujuan khusus adalah filosofi pendidikan dan psikologi belajar. Ada lima faktor yang dijadikan arah dalam penentuan tujaun pendidikan diantaranya : pengembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap masyarakat, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah presepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya pengalaman yang sudah dimilki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap , pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi prilaku yang utuh. Penentuan kegiatan belajar dikembangkan berdasarkan pada tujuan yang lebih umum kekhusus berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam menentukan materi atau bahan mengarah pada target yang akan dicapai dalam kurikulum serta berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh peserta didik. Bahan yang dipelajari peserta didik diorganisasi pada unit-unit yang dapat menggambarkan suatu urutan penglaman serta dapat mempermudah dalam implementasi dan memberikan gambaran terhadap evaluasi pembelajaran.
Kegiatan evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan akhir dalam model tyler. Penilaian harus direncanakan, dilaksanakan, dan ditindaklanjuti oleh guru berdasarkan asas-asas penilaian yang berlaku, secara sistem penilaian ini harus berfungsi sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan pengumpulan informasi tentang peserta didik.
2.    Model Administratif
Pengembangan kurikulum model ini sering disebut dengan istilah dari atas ke bawah ( Top Down ) atau lini staf (line- Staff procedure) artinya pengembangan kurikulum ini dimulai dengan langkah pertama dari para pejabat tingakat atas membuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum, tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum.
Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapaanggota yang terdiri dari beberapa ahli, yaitu ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan dan pihak dunia kerja. Tugas pokok tim ini adalah merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan-tujuan umum, memilih dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih starategi pengajaran, dan alat atau petunjuk evaluasi, serta menyusun peoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
Langkah ketiga apabila kurikulum telah selsai disusun selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan atau revisi. Bila dianggap perlu kurikulum itu di uji cobakan dan dievalusi kelayakannya, oleh suatu tim yang ditunjuk oleh para administrator.
Langkah keempat para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun itu.
3.    Model grass roots
Pengembangan model ini berbeda dengan model administratif karena model grass roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembanagn kurikulum ini harus diawali dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Bahkan pihak profesional, orang tua, siswa, dan unsur masyarakat dapat terlibat dalam pengembangan kurikulum model ini. Model Grass roots lebih bersifat demokratis karena pengembangan dilakukan berdasarkan pada para pelaksana dilapangan.
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model grass roots yaitu :
1.      Guru harus memiliki kemampuanyang profesional,
2.      Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum,
3.      Guru harus tetrlibat langsung dalam perumusan tujuan , pemilihan bahan,dan penentuan evaluasi,
4.      Seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulumakan berdampak terhadap pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip maupun rencana.
Ada beberapa hal yang harus diantisipasidalam model ini diantaranya adalah akan bervariasi sistem kurikulum disekolah karena menerapkan partisipatif sekolah dan masyarakat secara demokratis, apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu ) cenderung kebanyakan mengabaikan kebijakan dari pusat.
4.    Model Demonstrasi
Menurut smith , stanley, dan shores ada dua bentuk model pengembangan ini yaitu pertama sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum.  kedua dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada , kemudian guru-guru tersebut mengadakan eksperimen, uji coba dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini diantaranya adalah
1.      Kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalu proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah,
2.      Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator,
3.      Hakekat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan dilapangan,
4.      Model ini akan menggerakan inisiatif, kreativitas gur-guru serta memeberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan programnya yang baru.

5.    Model Miller-Seller
Model pengembangan kurikulum miller-seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (gagne) dan model transaksi (taba’s & robinson) yang terdiri dari beberapa komponen.
  1. Klarifikasi orientasi kurikulum, orientasi ini merefleksikan pandanagan filosofis, psikologis, dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan.
  2. Pengembangan tujuan, terdapat tujaun umum dan tujuan khusus, tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan pandangan orang (image person) dan pandangan (image) kemasyarakatan, dan perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
  3. Identifikasi model belajar, identifikasi model mengajar (strategi mengajar) harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. ada beberapa kritesria yang harus diperhatikan yaitu:
a.       Disesuaikan berdasarkan seluruh tujuan umum maupun tujuan khusus,
b.      Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa
c.       Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih dan mendukung model,
d.      Tersedia sumber-sumber yang essensial dalam pengembangan model.
  1. Implementasi, implementasi sebaiknay harus dilaksanakan berdasarkan komponen-komponen program studi, identifikasi sumber, peranan,pengembanagn profesional, penetepan waktu, komunikasi dan sistem monitoring           
6.        Model Taba’s
Teori taba memercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurkulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba’s. Langakah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1.      Mengadakan unti-unit eksperimen bersama dengan guru-guru,
2.      Menguji unit eksperimen,
3.      Mengedakan revisi dan konsolidasi,
4.      Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum,
5.      Implementasi

B.  Organisasi kurikulum
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahkan kurikulumyang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta memepermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Ada beberapa faktor  yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum diantaranya berkaitan dengan; ruang lingkup (scope), urutan bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan, dan keterpaduan (integrated).  Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran lingkup materi pelajrannya cenderung menyajikan bahan pelajaran yang bersumber dari kebudayaan dan informasi atau pengetahuan hasil temuan masa lalu yang telah tersusun secara logis dan sistematis sedangakan organisasi kurikulum integritas lingkup materi pelajrannya di ambil dari masyarakat maupun dari aspek siswa (minat, bakat, dan kebutuhan ).
Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam keseimbangan pada organisasi kurikulum;
1.      Keseimbangan terhadap substansi bahan atau isi kurikulum;
2.      Keseimbangan yang berkaitan dengan cara atau proses belajar, secara umum ada dua bentuk organisasi kurikulum diantaranya ;
  1. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran ( subject Curriculum )
    1. Mata pelajaran terpisah
    2. Mata pelajaran gabungan
    3. Kurikulum terpadu ( integrated curriculum)
    4. Social funcionts and persistence situations
Social function merupakan bagian dari kurikulum terpadu, kurikulum ini didasarkan atas analisis kegiatan-kegiatan manusia dalam masyarakat
  1. Experience atau activity curriculum
Experience curriculum sering disebut juga dengan activity curriculum, kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates