Tiada keindahan yg paling indah selain bisa berbagi, walau hanya lewat sebait kata & pesan

Kamis, 22 November 2012

Silahkan Saudara untuk menilai nya...!!!



Saya ingin sedikit bercerita tentang keadaan di kontrakan kami. kami; saya, kakak saya dan suaminya serta satu orang “teman” sebut saja inisialnya "DPP" tinggal di satu rumah kontrakan. Sebenarnya saya tidak ingin menceritakan ini di media sosial yang merupakan ruang publik seperti facebook, tapi karena DPP telah mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh, dan memaki-maki di facebook yang arahnya ke kami maka saya harus menulis ini, agar saudara-saudara sekalian mendapatkan pemahaman yang seimbang.

Pada akhir November 2008 kakak saya mengontrak rumah di daerah Jati, kakak saya dan temanya “E” yang langsung mengontrak dengan pemilik rumah, karena rumah ini cukup untuk 4 orang dengan 2 kamar, kakak saya dan H tadi pun menerima temannya yang lain untuk tinggal bersama mereka dengan membayar kontrak kepada mereka. Karena “E” sudah pindah maka kakak saya sendiri lah yang langsung mengontrak rumah tersebut dengan pemiliknya dan tetap menerima kalau ada teman atau teman dari temannya yang ingin mengontrak kepada kakak saya. Saya mulai tinggal dengan kakak saya pada awal september 2011. Ketika kami melanjutkan kontrakan pada akhir November 2011, hanya kami berdua, saya dan kakak saya di kontrakan tersebut, melalui rekomendasi dari teman kakak saya “S” maka masuklah “DPP” di kontrakan kami. Kalau salah satu dari kami harus keluar, menurut saudara siapakah yang lebih berhak melanjutkan kontrakan? Kakak saya atau DPP? Silahkan saudara nilai sendiri !!

Pada akhir Mei 2012 kakak saya menikah, suaminya pun tinggal bersama kami, itupun sepertinya tidak menjadi masalah oleh DPP. Sebagai kontribusinya suami kakak saya membayar rekening listrik dan air setiap bulannya sampai saat ini, jadi yang sebelumnya kami patungan membayar rekening listrik dan air sekarang tidak lagi, termasuk DPP karena suami kakak saya yang membayarnya. Entah dimana mulai masalahnya DPP mulai bertingkah aneh; ketika saya dan kakak saya duduk di ruang tamu, begitu DPP pulang, tidak mengetuk pintu, tidak mengucap salam, disapa pun diam, begitu juga ketika mau pergi. Bahkan teman kakak saya pun ketika datang ke rumah ikut-ikutan didiamkan ketika dia menyapa DPP, pintu lah yang ditutupnya dengan keras. Kakak saya dan suaminya diam saja, tapi kalau saya, saya akui saya lawan, saya sekamar dengan DPP, ketika DPP membanting pintu, pintu pun saya banting balik, ketika dia mengeraskan volume TV, volume musik di laptop saya pun saya besarkan. Mungkin karena sudah tidak tahan lagi, kakak saya pun bertanya kepada DPP. “D” baa kok model itu, baa kok barubah sikap model tu, apo  yang salah, adoh kakak, suami atau adiak kak salah ka “D”?. Ternyata menurut pengakuan D “caro maliek kak ka abg D lain se” , jadi dia beranggapan bahwa cara melihat kakak, suami kakak saya dan abg saya ke dia dan pacarnya lain, lain bagaimana?. Jadi ceritanya begini, waktu itu di bulan puasa, kakak saya, suaminya dan abang saya dari kampung sedang berbuka di ruang tamu, datanglah D dengan pacarnya, mereka melihat siapa yang datang, hanya itu, melihat siapa yang datang, kakak saya dan suaminya pun menawarkan berbuka yang ditanggapi oleh D dengan tidak acuh, pacarnya pun langsung pergi, pun dengan tidak acuh. Coba saudara pikirkan apa masalah kami dengan pacarnya D, tidak ada, kenal pun hanya sekedarnya, sekedar say hello ketika datang kerumah. Kakak saya pun meminta maaf kalau itu yang menjadi masalah, dan mengatakan bahwa tidak ada maksud dia dan suaminya seperti itu. Kakak sayapun menawarkan kepada D kalau dia mau kakak saya mau mengembalikan uang kontrakan D yang tersisa jika dia ingin pindah dan mencari kontrakan yang lain. Kakak saya pun mengatakan bahwa rencananya mungkin kami saja yang akan melanjutkan kontrakan tahun ini karena rumah kami ternyata belum bisa dihuni, karena dulu Kami berencana kalau rumah kami sudah siap kami tidak akan melanjutkan kontrakan lagi yang jatuh pada akhir bulan November 2012 ini, ternyata rumah itu belum siap dihuni sampai saat ini. Kalau rumah itu sudah selesai buat apa kami lanjutkan ngontrak, kontrakan kan mahal, apalagi di daerah Jati. Kakak saya pun mengatakan nanti kalau “D” masih mau kembali tinggal dikontrakan ini akan diberitahu begitu kami tidak lagi melanjutkan kontrak, ketika rumah kami sudah siap dihuni. Di hadapan kakak saya “D” pun memaklumi ini dan mengatakan akan pindah mencari kontrakan lain, tapi di belakang kakak saya, anda bisa menilai sendiri….. ternyata D tidak menerima tawaran tersebut, kakak saya pun memaklumi karena masih ada hak D untuk tinggal dikontrakan sampai habis masa kontraknya akhir November tahun ini, dan D tetap tinggal dengan sikap dan perilaku yang kami rasakan sangat tidak nyaman. Kakak saya pun tetap diam tidak begitu menanggapi, hanya saya yang terus merespon D, kalau dia banting pintu, saya pun balik banting pintu, kalau volume tv keras, volume laptop saya pun lebih keras lagi, sampai coment2 di facebook pun saya layani.  Saya yakin kalau saudara-saudara atau saya yang menjadi D maka saya atau saudara pasti akan menerima tawaran pengembalian sisa uang kontrakan tersebut dan mencari kontrakan lain, buat apa tinggal satu rumah dengan suasana seperti itu!! Itu terjadi kira2 lebih dua bulan yang lalu……..

Satu minggu yang lalu, karena jangka waktu kontrakan sudah akan habis (akhir bulan November 2012 ini) kakak saya pun bicara kembali kepada “D” bahwa untuk kontrakan selanjutnya kami sendiri yang mengontrak. Kakak saya sedang hamil, jadi mungkin orang tua kami akan lebih sering berkunjung. Di depan kakak saya D pun memaklumi ini, tapi dibelakangnya dia memaki-maki dan berkata-kata yang tidak senonoh di facebook. Jika kami memang berniat buruk, pasti sudah kami biarkan barang-barang D, kasur, tv dan lainya kebanjiran, tapi kami tidak seperti itu, tetap kami ungsikan barang-barangnya supaya tidak kena banjir.......silahkan saudara nilai sendiri!. Semua orang bisa memaki, kami pun bisa memaki balik? Tapi buat apa, memaki-maki dan berkata kotor di ruang publik seperti facebook yang dilihat dan dibaca oleh semua orang yang kenal dengan anda, saya rasa itu hanya akan merendahkan dan mempermalukan diri kita sendiri, saudara nilai saja sendiri kualitas orang yang suka memaki-maki dan berkata kotor di ruang publik. Hati-hati dengan apa yang anda tulis di media sosial, coba saudara pikirkan apa tanggapan teman saudara, keluarga, atasan, kolega, pacar, calon suami, atau bahkan calon mertua saudara ketika melihat saudara berkata kotor dan memaki di ruang publik seperti facebook, saya yakin salah satu yang ada dipikiran mereka adalah, bahwa nanti seandainya kita ada berselisih paham dengan orang seperti itu, pastilah kita juga akan dimaki-maki dan diumpatnya dengan perkataan yang tidak senonoh….
Diluar sepengetahuan saya, kakak sayapun memberi tenggang bahkan sampai akhir tahun ini untuk D mencari kontrakan, tapi kalau menurut saya silahkan D mencari kontrakan akhir bulan ini karena haknya sudah habis………

 

Demikianlah cerita pendek saya, tanpa ada maksud untuk membela diri, hanya menyampaikan fakta dan keadaan yang sebenarnya. Silahkan saudara-saudara menilai sendiri dengan objektif dan bijaksana……..
Begitu lah yang kami alami selama ini,, rasa nya udah gak tahan di di jelek-jelekan di dunia maya seperti itu…

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates