Saya ingin sedikit bercerita
tentang keadaan di kontrakan kami. kami; saya, kakak saya dan
suaminya serta satu orang “teman” sebut saja inisialnya "DPP" tinggal di satu
rumah kontrakan. Sebenarnya saya tidak ingin menceritakan ini di
media sosial yang merupakan ruang publik seperti facebook, tapi karena DPP
telah mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh, dan memaki-maki di facebook
yang arahnya ke kami maka saya harus menulis ini, agar saudara-saudara sekalian
mendapatkan pemahaman yang seimbang.
Pada akhir November 2008 kakak
saya mengontrak rumah di daerah Jati, kakak saya dan temanya “E” yang langsung
mengontrak dengan pemilik rumah, karena rumah ini cukup untuk 4 orang dengan 2
kamar, kakak saya dan H tadi pun menerima temannya yang lain untuk tinggal
bersama mereka dengan membayar kontrak kepada mereka. Karena “E” sudah pindah
maka kakak saya sendiri lah yang langsung mengontrak rumah tersebut dengan
pemiliknya dan tetap menerima kalau ada teman atau teman dari temannya yang
ingin mengontrak kepada kakak saya. Saya mulai tinggal dengan kakak saya pada
awal september 2011. Ketika kami melanjutkan kontrakan pada akhir November 2011,
hanya kami berdua, saya dan kakak saya di kontrakan tersebut, melalui
rekomendasi dari teman kakak saya “S” maka masuklah “DPP” di kontrakan kami. Kalau
salah satu dari kami harus keluar, menurut saudara siapakah yang lebih berhak
melanjutkan kontrakan? Kakak saya atau DPP? Silahkan saudara nilai sendiri !!
Pada akhir Mei 2012 kakak
saya menikah, suaminya pun tinggal bersama kami, itupun sepertinya tidak
menjadi masalah oleh DPP. Sebagai kontribusinya suami kakak saya membayar
rekening listrik dan air setiap bulannya sampai saat ini, jadi yang sebelumnya
kami patungan membayar rekening listrik dan air sekarang tidak lagi, termasuk
DPP karena suami kakak saya yang membayarnya. Entah dimana mulai masalahnya DPP
mulai bertingkah aneh; ketika saya dan kakak saya duduk di ruang tamu, begitu
DPP pulang, tidak mengetuk pintu, tidak mengucap salam, disapa pun diam, begitu
juga ketika mau pergi. Bahkan teman kakak saya pun ketika datang ke rumah
ikut-ikutan didiamkan ketika dia menyapa DPP, pintu lah yang ditutupnya dengan
keras. Kakak saya dan suaminya diam saja, tapi kalau saya, saya akui saya
lawan, saya sekamar dengan DPP, ketika DPP membanting pintu, pintu pun saya
banting balik, ketika dia mengeraskan volume TV, volume musik di laptop saya
pun saya besarkan. Mungkin karena sudah tidak tahan lagi, kakak saya pun
bertanya kepada DPP. “D” baa kok model
itu, baa kok barubah sikap model tu, apo
yang salah, adoh kakak, suami atau adiak kak salah ka “D”?. Ternyata
menurut pengakuan D “caro maliek kak ka
abg D lain se” , jadi dia beranggapan bahwa cara melihat kakak, suami kakak
saya dan abg saya ke dia dan pacarnya lain, lain bagaimana?. Jadi ceritanya
begini, waktu itu di bulan puasa, kakak saya, suaminya dan abang saya dari
kampung sedang berbuka di ruang tamu, datanglah D dengan pacarnya, mereka
melihat siapa yang datang, hanya itu, melihat siapa yang datang, kakak saya dan
suaminya pun menawarkan berbuka yang ditanggapi oleh D dengan tidak acuh,
pacarnya pun langsung pergi, pun dengan tidak acuh. Coba saudara pikirkan apa
masalah kami dengan pacarnya D, tidak ada, kenal pun hanya sekedarnya, sekedar say hello ketika datang kerumah. Kakak saya
pun meminta maaf kalau itu yang menjadi masalah, dan mengatakan bahwa tidak ada
maksud dia dan suaminya seperti itu. Kakak sayapun menawarkan kepada D kalau
dia mau kakak saya mau mengembalikan uang kontrakan D yang tersisa jika dia
ingin pindah dan mencari kontrakan yang lain. Kakak saya pun mengatakan bahwa
rencananya mungkin kami saja yang akan melanjutkan kontrakan tahun ini karena
rumah kami ternyata belum bisa dihuni, karena dulu Kami berencana kalau rumah
kami sudah siap kami tidak akan melanjutkan kontrakan lagi yang jatuh pada
akhir bulan November 2012 ini, ternyata rumah itu belum siap dihuni sampai saat
ini. Kalau rumah itu sudah selesai buat apa kami lanjutkan ngontrak, kontrakan
kan mahal, apalagi di daerah Jati. Kakak saya pun mengatakan nanti kalau “D”
masih mau kembali tinggal dikontrakan ini akan diberitahu begitu kami tidak
lagi melanjutkan kontrak, ketika rumah kami sudah siap dihuni. Di hadapan kakak
saya “D” pun memaklumi ini dan mengatakan akan
pindah mencari kontrakan lain, tapi di belakang kakak saya, anda bisa
menilai sendiri….. ternyata D tidak menerima tawaran tersebut, kakak saya pun
memaklumi karena masih ada hak D untuk tinggal dikontrakan sampai habis masa
kontraknya akhir November tahun ini, dan D tetap tinggal dengan sikap dan
perilaku yang kami rasakan sangat tidak nyaman. Kakak saya pun tetap diam tidak
begitu menanggapi, hanya saya yang terus merespon D, kalau dia banting pintu,
saya pun balik banting pintu, kalau volume tv keras, volume laptop saya pun
lebih keras lagi, sampai coment2 di facebook pun saya layani. Saya yakin kalau saudara-saudara atau saya
yang menjadi D maka saya atau saudara pasti akan menerima tawaran pengembalian
sisa uang kontrakan tersebut dan mencari kontrakan lain, buat apa tinggal satu
rumah dengan suasana seperti itu!! Itu terjadi kira2 lebih dua bulan yang lalu……..
Satu minggu yang lalu, karena
jangka waktu kontrakan sudah akan habis (akhir bulan November 2012 ini) kakak
saya pun bicara kembali kepada “D” bahwa untuk kontrakan selanjutnya kami
sendiri yang mengontrak. Kakak saya sedang hamil, jadi mungkin orang tua kami
akan lebih sering berkunjung. Di depan kakak saya D pun memaklumi ini, tapi
dibelakangnya dia memaki-maki dan berkata-kata yang tidak senonoh di facebook. Jika kami memang berniat buruk, pasti sudah kami biarkan barang-barang D, kasur, tv dan lainya kebanjiran, tapi kami tidak seperti itu, tetap kami ungsikan barang-barangnya supaya tidak kena banjir.......silahkan saudara nilai sendiri!. Semua orang bisa memaki, kami pun bisa memaki
balik? Tapi buat apa, memaki-maki dan berkata kotor di ruang publik seperti
facebook yang dilihat dan dibaca oleh semua orang yang kenal dengan anda, saya
rasa itu hanya akan merendahkan dan mempermalukan diri kita sendiri, saudara
nilai saja sendiri kualitas orang yang suka memaki-maki dan berkata kotor di
ruang publik. Hati-hati dengan apa yang anda tulis di media sosial, coba saudara
pikirkan apa tanggapan teman saudara, keluarga, atasan, kolega, pacar, calon
suami, atau bahkan calon mertua saudara ketika melihat saudara berkata kotor
dan memaki di ruang publik seperti facebook, saya yakin salah satu yang ada
dipikiran mereka adalah, bahwa nanti seandainya kita ada berselisih paham
dengan orang seperti itu, pastilah kita juga akan dimaki-maki dan diumpatnya dengan
perkataan yang tidak senonoh….
Diluar sepengetahuan saya, kakak
sayapun memberi tenggang bahkan sampai akhir tahun ini untuk D mencari
kontrakan, tapi kalau menurut saya silahkan D mencari kontrakan akhir bulan ini
karena haknya sudah habis………
Demikianlah cerita pendek saya,
tanpa ada maksud untuk membela diri, hanya menyampaikan fakta dan keadaan yang
sebenarnya. Silahkan saudara-saudara menilai sendiri dengan objektif dan
bijaksana……..
Begitu lah yang kami alami selama
ini,, rasa nya udah gak tahan di di jelek-jelekan di dunia maya seperti itu…
0 komentar:
Posting Komentar